Sudah 89 Nyawa Melayang Akibat Cuaca Dingin di Eropa Timur

Novi Christiastuti Adiputri – detikNews

Kamis, 02/02/2012 11:27 WIB

Cuaca dingin di Ukraina (Press TV)

Kiev Korban tewas akibat cuaca dingin ekstrem yang melanda kawasan Eropa Timur terus bertambah. Setidaknya hingga saat ini, dilaporkan total 89 orang tewas akibat suhu dingin yang tercatat sebagai yang terendah dalam 6 tahun terakhir.

Jaringan peringatan cuaca kawasan Eropa, Meteoalarm telah mengeluarkan peringatan kondisi ‘sangat berbahaya’ bagi sejumlah wilayah Eropa Timur. Demikian seperti dilansir oleh Reuters, Kamis (2/2/2012).

Di Ukraina, tercatat sebanyak 43 orang tewas akibat cuaca dingin dalam lima hari terakhir. Suhu dingin di negara bekas Uni Soviet ini mencapai yang terendah dalam 6 tahun teakhir. Bayangkan saja, suhu udara pada malam hari mencapai minus 33 derajat Celcius! Ratusan tenda dengan penghangat telah didirikan di sejumlah titik untuk menampung para tunawisma.

“Mereka bilang sepanjang Februari ini akan terus dingin hingga pertengahan Maret, jadi kami harus bersiap-siap bagaimanapun juga,” tutur seorang warga yang tinggal di Kiev, Viktor.

Di wilayah Serbia, korban tewas bertambah menjadi 4 orang. Korban terakhir ditemukan tewas pada Rabu (1/2) malam di wilayah pegunungan Suvobor. Militer pun diterjunkan untuk melakukan evakuasi korban.

Di negara tetangganya, Bosnia, helikopter diterjunkan untuk mengirimkan pasokan logistik ke wilayah-wilayah terpencil dan wilayah yang aksesnya terputus oleh salju yang tebal. Sejumlah warga paruh baya juga dievakuasi ke tempat yang lebih aman dengan helikopter.

Di Moskow, Rusia, suhu udara siang hari bahkan mencapai minus 22 derajat Celcius. Di Bulgaria, suhu udara yang mencapai minus 30 derajat Celcius telah menewaskan 8 orang. Sedangkan di Rumania, sedikitnya 14 orang tewas akibat perubahan cuaca dingin yang tiba-tiba.

Di Polandia, dilaporkan 5 orang tewas akibat cuaca dingin ekstrem ini. Di Slovenia, angin dingin yang bertiup hingga 180 km per jam bahkan merobohkan atap rumah warga. Otoritas setempat pun menutup sejumlah sekolah di tengah kondisi berisiko ini.

Kawasan Eropa sebenarnya menikmati musim dingin yang cukup ringan. Namun pekan lalu, pasokan gas dari perusahaan energi asal Siberia, Gazprom, tiba-tiba terhenti. Belakangan diketahui bahwa perusahaan gas tersebut mendapatkan lonjakan permintaan dari pasar Rusia yang melebihi kuota.

Muncul kekhawatiran warga Eropa atas hal ini, sebab Gazprom memasok gas bagi seperempat wilayah Eropa. Namun perusahaan ini memastikan pasokan gas bagi kawasan Eropa tidak akan terhenti kembali.

“Meskipun terjadi peningkatan konsumsi gas di Rusia akibat hujan salju yang lebat, Gazprom tetap melaksanakan kewajiban kontraknya bagi pelanggan di kawasan Eropa,” demikian pernyataan Gazprom.